USG Untuk Melihat Jantung Bayi

PEMERIKSAAN USG kehamilan disarankan untuk dilakukan agar perkembangan janin dapat dilihat. Dengan USG 2D, 3D, ataupun 4D, bisa dideteksi kelainan yang mungkin terjadi pada calon jabang bayi.
Banyak yang bisa didapat dari pemeriksaan USG (ultrasonography), misalnya menentukan usia kehamilan, melihat kondisi kehamilan, termasuk kelainan janin. Idealnya, pemeriksaan USG dilakukan tiga kali selama masa kehamilan. Begitu penuturan Dr Indra NC Anwar, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Bunda Jakarta. “Selalu melakukan USG setiap kali periksa ya tidak apa-apa. Tetapi, biayanya kan jadi mahal. Kalau tidak diperlukan, lebih baik tidak usah terlalu sering USG,” ujar Manajer Klinik Fertilitas Morula ini.
Biaya semakin mahal terutama bila menggunakan model USG tiga dimensi (3D) atau yang terbaru, empat dimensi (4D). USG merupakan alat pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara ultra. Gelombang tersebut kemudian akan diubah menjadi gambar. Hasil pencitraan bisa dilihat melalui layar monitor.
Tiga Kali Saja
Dibandingkan USG dua dimensi (2D), tentu saja teknologi 3D dan 4D lebih maju. Melalui USG 3D, gambar janin dapat dilihat secara utuh, seolah-olah melihatnya secara langsung. Pada USG 4D, kita bahkan bisa melihat gerakan seperti gerakan jari, kepala, hingga denyut jantung janin.
Kemampuan untuk mengikuti gerakan tubuh maupun organ janin itu yang dikategorikan 4D. Sementara USG 2D hanya memperlihatkan potongan gambar janin secara horizontal maupun vertikal.
Ditegaskan Dr Indra, manfaat ketiga jenis USG itu hampir sama. Pada prinsipnya USG merupakan alat bantu diagnostik atau membantu mendiagnosis hal-hal yang terjadi pada kehamilan. Pemeriksaan USG paling penting dilakukan pertama kali saat usia kehamilan di bawah 12 minggu untuk mendeteksi ada-tidaknya kehamilan.
Kemudian pada trimester kedua, yaitu usia kehamilan sekitar 18-20 minggu, bermanfaat untuk mendeteksi kecacatan pada janin yang mungkin saja terjadi. Pada trimester akhir, saat usia kandungan 34-36 minggu, USG berguna dalam menentukan posisi janin serta letak plasenta. Dengan begitu, bisa menentukan proses persalinannya.
Penggunaan USG 2D, menurut Dr Indra, sudah cukup baik, termasuk untuk mendeteksi kelainan mayor. “Memang pada USG 3D dokter bisa lebih detail melihat kelainan pada janin yang kadang-kadang tidak terlihat di 2D,” katanya.
Ia lalu mencontohkan, janin yang terlilit tali pusar kadang tidak tampak pada USG 2D. Gambar yang dihasilkan hanya berupa potongan, jadi tidak bisa memprediksi apakah tali pusar benar-benar melilit janin atau hanya melintas pada janin.
Lebih Utuh
Kelainan bibir sumbing juga lebih mudah dilihat pada USG 3D dibandingkan pada USG 2D. Wajah janin bisa dilihat secara utuh. Bila janin mempunyai jari tangan berlebih (polidaktil) atau jari-jari tangan berlengketan satu sama lain, juga lebih mudah dideteksi dengan USG 3D. Kelainan pada jantung pun akan lebih utuh saat diobservasi. Sebab, ruang maupun sekat antarjantung bisa dilihat dengan jelas.
Sebenarnya cukup banyak kelainan janin yang dapat dideteksi dengan USG 2D. Gangguan pertumbuhan janin (intra uterine growth retardation/IUGR), anenchepaly (batok kepala yang tidak menutup rapat), spina bifida, atau usus yang berada di luar, bisa terdeteksi melalui USG 2D.
Intinya, USG 3D digunakan sebagai pendukung atau untuk memastikan kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan dengan USG 2D. “Secara klinis, manfaat USG 3D tidak terlalu banyak. Ada pula kelainan yang tidak dapat dideteksi dengan USG 3D, misalnya kelainan tidak adanya anus pada janin,” paparnya.
Dokter-dokter di negara maju, termasuk di Jepang, menggunakan USG 3D untuk mengoperasi kelainan janin dalam kandungan. Operasi jantung janin di dalam kandungan sudah bisa dilakukan di negara maju, tetapi belum bisa dilakukan di Indonesia.
Gambar USG 4D bisa direkam, jadi orangtua bisa melihat gerakan janin secara langsung. Hal ini tentu saja menimbulkan kesan impresif bagi orangtua. Selain itu, juga dapat meningkatkan ikatan psikologis antara orangtua dan bayi.
Perlu diperhatikan, untuk menampilkan gambar 3D tergantung pada keahlian mengoperasikannya, jumlah cairan amniotik atau ketuban di sekeliling janin, juga posisi dan derajat kegemukan kehamilan. Senada dengan Dr Indra, banyak ahli yang tidak terlalu menganjurkan penggunaan USG 3D atau 4D.
Mengukur Tubuh Janin
Selain menentukan usia kehamilan, USG membantu melihat perkembangan janin, kelainan janin, plasenta (ari-ari), dan air ketuban. Biasanya kelainan janin bisa diamati saat memasuki usia kehamilan 18-20 minggu atau menjelang 5 bulan.
Secara garis besar, beberapa manfaat penting dari pemeriksaan USG adalah :
1. Melihat kantong kehamilan (gestational sac). Kantong kehamilan biasanya sudah terlihat pada usia kandungan 4 minggu. Detak jantung bisa dideteksi dengan irama ultrasound doppler pada usia 6 minggu, dan lebih jelas digambarkan pada usia 7 minggu. Normalnya, denyut jantung janin usia 6 minggu adalah 90-110 denyut per menit, dan pada usia 9 minggu sekitar 140-170 denyut per menit. Bila pada usia 5-8 minggu terjadi perlambatan denyut jantung (kurang dari 90 denyut per menit) atau istilahnya bradycardia, bisa dikaitkan dengan risiko tinggi terjadinya keguguran.
2. Letak kehamilan. USG membantu mendeteksi letak kehamilan. Bisa saja terjadi kehamilan di luar kandungan.
3. Keadaan kehamilan. Apakah kehamilan normal atau abnormal? Lewat USG bisa dideteksi adanya kehamilan molar (hamil anggur) atau hamil kosong (blighted ovum). Blighted ovum adalah kondisi hamil, tetapi bakal janin tidak tumbuh.
4. Mengukur tubuh janin untuk menunjukkan usia kehamilan. Ada beberapa jenis pengukuran yang bisa dilakukan melalui USG.
* The crown rump length (CRL), yaitu pengukuran panjang embrio dari kepala hingga bokong. Pengukuran pada usia kehamilan 7-13 minggu cukup memberikan penilaian yang akurat.
* Bipariental diameter (BPD) adalah pengukuran lingkar kepala. BPD bisa diukur pada usia kehamilan di atas 12 minggu. Saat usia 13 minggu, lingkar kepala janin sekitar 2,4 cm, lalu meningkat hingga sekitar 9,5 cm.
* Femur length (FL) atau pengukuran panjang paha. Menurut Dr Joseph SK Woo, MBBS, FRCOG (Eng), FHKAM (O&G), dari situs obgyn.net, panjang paha janin meningkat dari 1,5 cm pada usia 14 minggu menjadi 7,8 cm di akhir kehamilan.
* Abdominal circumference (AC) merupakan pengukuran lingkar perut, yang berguna untuk memonitor pertumbuhan janin.
5. Membantu mendiagnosis bila terjadi intrauterine growth retardation (IUGR) atau hambatan pertumbuhan janin.
6. Lokasi plasenta. USG sangat diperlukan untuk menentukan lokasi plasenta, juga mendiagnosis adanya plasenta previa dan ketidaknormalan plasenta lain, misalnya pada kondisi diabetes. IUGR yang parah juga bisa dinilai.
7. Pada kehamilan kembar, USG berperan dalam menentukan jumlah janin, anomaly fetal, maupun timbulnya plasenta previa.
8. Hidramnios (cairan ketuban berlebihan) dan oligohidramnios (cairan ketuban terlalu sedikit). Cairan amniotik yang berlebihan atau kurang bisa terlihat jelas melalui USG. Kedua kondisi ini bisa membawa efek merugikan pada janin.
9. Memastikan missed abortion atau kematian hasil konsepsi dalam rahim.
10. Diagnosis malaformasi janin. Banyak ketidaknormalan janin secara struktural dapat didiagnosis dengan USG. Umumnya dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Contohnya, hidrocefalus, anencephaly, spina bifida, dan lain-lain. Dengan teknologi 3D, kondisi seperti bibir sumbing dan ketidaknormalan jantung bawaan lebih bisa didiagnosis pada usia kehamilan dini. *

Komentar

Postingan Populer